Sunday, December 11, 2016

Murder on the Orient Express(1934), a Hercule Poirot Mystery, (Pembunuhan di Orient Express) karya Agatha Christie: Sebuah Ringkasan

Sekapur Sirih

Bagi peminat novel detektif pastilah tidak asing dengan karya Agatha Christie. Sejak duduk di bangku menengah pertama, saya sudah sering membaca karyanya yang dikenalkan oleh seorang kakak (terima kasih Kristina) yang gemar membaca, namun telah banyak terlupa dibawa arus waktu. Buku ini merupakan cetakan ke sembilan Januari 2014 (cetakan terjemahan 1978) oleh Gramedia dengan hak cipta dari Christie pada tahun 1934 di Britania Raya.

Novel ini telah difilmkan pada tahun 1974 dengan judul yang sama dan diterbitkan Gramedia pertama kali tahun 1978. Novel terjemahan yang terdiri dari 358 halaman  memiliki plot cerita yang kuat dan bagus dengan genre pembunuhan, misteri, dan detektif. Menemani perjalanan kereta api melewati ratusan kilometer rel, siang dan malam sejak tanggal 13 Desember hingga  tanggal 23 Desember 2014.

Karya – karya Christie sangat berjasa bagi saya dalam menambah perbendaharaan kata dan EYD di bangku sekolah. Di samping itu tentunya sifat penasaran yang tidak sadar telah terbangun dengan plot cerita Hercule Poirot dalam memecahkan teka-teki permasalahan. Terima kasih Agatha Christie yang tentunya diwakili keturunannya dan kelompok Gramedia di masa lalu dan kini yang selalu memberi suguhan terjemahan EYD terpercaya.



Resume/Ringkasan Novel Terjemahan dalam Bahasa Indonesia: Murder on the Orient Express, a Hercule Poirot Mystery, (Pembunuhan di Orient Express), karya Agatha Christie

Stasiun kereta api Allepo, Syria, jam lima subuh sedang dalam persiapan pemberangkatan kereta menuju Eropa. Seorang kapten berkebangsaan Perancis baru saja melepas keberangkatan Hercule Poirot menuju Turki untuk melanjutkan perjalanan ke Eropa.

Singgah bermalam di Tokatlian, detektif Belgia itu pun segera memesan kereta The Orient Express yang akan berangkat keesokan harinya. Tanpa sengaja dia bertemu kawannya Direktur Buoc, wakil dari Compagnie Internationale des Wagons Lits di hotel yang sama menganjurkannya menaiki kereta itu.

Lelaki kaya Amerika dan dua pekerjanya yang juga tinggal satu hotel dengannya rupanya menaiki the Orient Express begitu juga gadis Amerika yang sama dengannya dari Aleppo. Kereta pun dihuni oleh belasan penumpang semua menuju Eropa. Ada turis Amerika, wanita Inggris pengasuh anak, gadis Jerman, guru les privat naik dari Bagdad, seorang kolonel Inggris yang baru saja bertugas di India, dan yang lainnya. Semuanya berjumlah dua belas orang.

Memasuki daerah Balkan cuaca buruk salju sangatlah tebal hingga membuat kereta terhenti. Lelaki Amerika kaya nan arogan mati tertusuk puluhan kali di tubuhnya. Poirot pun segera diminta dalam investigasi pembunuhan keji itu. Setelah dokter asal Yunani memeriksanya tikaman masih dilakukan setelah korban sudah jelas  mati.

Berdasarkan kepingan kertas yang belum terbakar dan puntung sigaret, penyelidikan pun menjadi terarah. Tulisan Daisy Amstrong. Kisah sadis dari Amerika beberapa tahun lalu. Gadis kecil, putri dari kolonel putra orang kaya Amerika yang menikah dengan putri artis ternama Amerika. Daisy telah menjadi berita yang menggemparkan, dia diculik dan penculik minta tebusan. Polisi menemukan gadis itu meninggal mengenaskan.

Ayah Daisy bunuh diri atas kesedihannya sementara ibunya dan calon bayi ibunya mati dalam kesedihan. Pengasuh anak itu pun melompat jendela hingga mati. Cassetti, lelaki sadis keturunan Italia, adalah otak pembunuhan Daisy. Dia berhasil ditangkap polisi namun tidak ada hukuman mati dan malah melarikan diri  dari penjara. Tentu dengan kekuatan uangnya.

Beberapa jam sebelum terbunuh Ratchett sempat meminta pertolongan pengawalan namun Poirot menolak dengan alasan tidak suka dengan wajahnya yang tidak menyenangkan. Lewat bukti tulisan di kertas  itu yang tergeletak di lantai, dia pun menyimpulkan bahwa lelaki yang mengaku Rachett,  sebenarnya adalah Cassetti. Dia telah memalsukan  identitas dan menjadi pebisnis kaya  di Timur Tengah.

Dengan penyelidikan yang mendalam dan memeriksa setiap barang penumpang, sang detektif sulit menentukan siapa pelakunya. Ketika dugaan sudah mengarah pada sebuah titik terang, sungguh mengejutkan, ibu tua Amerika yang banyak bicara  mengakui semuanya. Dia adalah nenek dari gadis yang terbunuh. Selama perjalanan dia sangat lihai memerankan ibu Amerika cerewet.

Ternyata upaya pembunuhan itu telah dirancang sekian lama. Mantan sopir Tn. Amstrong, mantan guru les, pengasuh, adik ipar dan lainnya sepakat menghukum Ratcheet (Casetti) untuk membayar perbuatannya. Ke dua belas tusukan di tubuh korban sebagai simbol kemarahan mereka. Mendengar pengakuan itu Hercule Poirot pun menarik diri dari kasus itu.

*****

Pkl. 11 malam
23 Desember 2014


No comments:

Post a Comment